Manfaat Buah Zaitun

Buah zaitun telah tumbuh sejak 8000 tahun yang lalu terutama di kawasan Mediterania. Buah zaitun berasal dari pohon Olea europea yang dapat tumbuh selama bertahun-tahun.

Tidak Semua Penyakit Perlu Antibiotik

Resistensi antibiotik adalah masalah kesehatan yang besar di zaman modern ini. Resisten berarti dokter semakin sulit mengobati infeksi karena kumannya sudah kebal obat. Karena itu jangan sembarangan minum antibiotik.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Kamis, 11 Januari 2018

Saad Said Kembaran Surgaku

Terimakasih ya Allah pernah menitipkan dua jagoan kecil yg ganteng di dalam rahimku walau kebersamaan kita hanya 6 bulan...
Kalian anugerah terindah yg pernah ummi miliki.. 29 Desember 2017 kalian lahir dan pergi selamanya....bahagia disana nak...ummi selalu merindukan kalian...panggil ummi kelak kalau kalian mau ke surga....love u nak...

Jumat, 30 Desember 2016

Gadi kecilku

Si cantik sudah terima raport dan hasilnya memuaskan. Angka 7 ada di bahasa sunda dan olahraga, tidak terlalu berpengaruh. Gadis kecilku yang pendiam, sholeha dan pintar persis abinya. Kalau uminy pintar tapi tidak pendiam. Selalu eksis dimana-mana. Acara apapun disekolah selalu tampil..lumayan vokal..suka baca puisi di acara perpisahan. Kalau gak baca sari tilawah di maulidan. Ummi kebanggaan atukmu dulu nak, karena kalau pembagian rapor pasti atuk selalu tampil ke depan karena anaknya selalu juara. Ah jadi kangen dengan atukmu yang sudah di alam sana.

Ada satu kesamaan gadis kecilku dengan umminya yaitu belajar tanpa disuruh, tiada hari tanpa bergelut dengan buku. Semoga sukses dunia akhirat ya nak..Menjadi hafizhah..

Rabu, 13 Juli 2016

Keutamaan tawadhu

Keutamaan-Keutamaan Tawadhu'

a. Tawadhu' dapat mengangkat derajat seorang hamba.
Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda :
"Tidaklah berkurang harta karena sedekah, tidaklah Allah menambah kepada seseorang hamba sifat pemaaf, kecuali dia akan mendapatkan kemuliaan, serta tidaklah seorang menerapkan sifat tawadhu' karena Allah kecuali Allah pasti mengangkat derajatnya." [Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih nya XVI/141, Imam Ad-Darimi dalam Sunan nya 1/369, Imam Ahmad dalam Musnad 2/386 dan selain nya]

b. Tawadhu' dapat mengangkat derajat dan pangkat seorang hamba
Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda :
"Tidaklah dari setiap keturunan Adam, melainkan dikepalanya terdapat hakamah ditangan seorang Malaikat. Apabila ia tawadhu', dikatakan kepada Malaikat tersebut : "Angkatlah hakamahnya", sedangkan apabila ia sombong, dikatakan kepada Malaikat tersebut : "Letakkan hakamahnya." [Silsilatul Ahadits Ash-Shahihah no 538]

Hakamah adalah besi kekang yang berada dihidung kuda, tali kekang tersebut dapat mencegah kuda dari melawan perintah penunggangnya.

c. Tawadhu' itu menghasilkan keselamatan, mendatangkan persahabatan, menghapuskan dendam, dan menghilangkan pertentangan.
Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda :
"Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian bertawadhu', sehingga seseorang tidak merasa bangga lagi sombong terhadap orang lain dan tidak pula berlaku aniaya kepada orang lain." [Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih nya]

Diringkas dari kitab At-Tawadhu' fi Dhauil Kitab was Sunnah, Syaikh Salim bin Ied al-Hilali. Diterjemahkan dengan judul "Hakikat Tawadhu' dan Sombong Menurut al-Quran dan as-Sunnah" cet Pustaka Imam Syafi'i]

Janji Allah bagi Penghafal Qur’an

Janji Allah bagi Penghafal Qur’an
KH. Zainullah Rois, Lc.

Sejak diturunkan, Al-Qur’an senantiasa menjadi rujukan utama umat Islam dalam mengarungi bahtera kehidupan. Di hati mereka, Al-Qur’an adalah cahaya penerang jalan hidup menuju ridla Allah. Kenyataan ini dibuktikan oleh antusiasme umat Islam untuk menghafalnya. Atau, minimal membaca dan merenungi maknanya setiap saat.

Rasulullah saw selalu mengajak para sahabat untuk menghafal Al-Qur’an agar hati mereka tidak kosong dari ayat-ayat Al-Qur’an. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas beliau bersabda, “Orang yang tidak mempunyai hafalan Al-Qur’an sedikit pun adalah seperti rumah kumuh yang mau runtuh.”

Perhatian yang tinggi terhadap keistimewaan menghafal Al-Qur’an ditunjukkan saat Rasulullah menetapkan laki-laki muda sebagai ketua rombongan karena hafal beberapa surat dan surat Al-Baqarah, kemudian salah seorang yang terhormat di antara mereka berkata, “Demi Allah aku tidak mempelajari dan menghafal surat Al-Baqarah karena aku takut tidak dapat menjalankan isinya.”

Mendengar komentar itu Rasulullah saw bersabda, “Pelajarilah Al-Qur’an dan bacalah. Sesungguhnya perumpamaan orang yang mempelajari Al-Qur’an dan membacanya adalah seperti tempat air penuh dengan minyak wangi misik, harumnya menyebar ke mana-mana. Dan barang siapa yang mempelajarinya kemudian ia tidur dan di dalam hatinya terdapat hafalan Al-Qur’an adalah seperti tempat air yang tertutup dan berisi minyak wangi misik.” (HR Tirmidzi)

Subhanallâh. Betapa kaya hati orang para penghafal Al-Qur’an. Betapa mulia mereka. Tubuh dan jiwa mereka senantiasa menebarkan bau surga bagi lingkungan sekitarnya. Pastilah bahwa mereka adalah orang-orang suci yang selalu dipelihara Allah. Pendek kata, penghafal Al-Qur’an senantiasa mendapatkan tempat terhormat di dunia maupun di akhirat kelak.

Hal itu selaras dengan sabda Rasulullah saw, “Penghafal Al-Qur’an akan datang pada hari kiamat, kemudian Al-Qur’an akan berkata, ‘Wahai Tuhanku pakaikanlah pakaian untuknya,’ Kemudian orang itu dipakaikan mahkota karomah (kehormatan) Al-Qur’an kembali meminta, ‘Wahai Tuhanku tambahkanlah,’ Lalu orang itu dipakaikan jubah karomah. Kemudian Al-Qur’an memohon lagi, ‘Wahai Tuhanku, ridailah dia,’ Allah swt pun meridlaiya. Dan diperintahkan kepada orang itu, ‘Bacalah dan teruslah naiki (derajat-derajat surga). Allah swt menambahkan dari setiap ayat yang dibacanya tambahan nikmat dan kebaikan.” (HR Baihaqi)

Balasan Allah di akhirat bukan hanya bagi penghafal Al-Qur’an, namun juga bagi kedua orang tuanya, dan ia dapat memberikan sinarnya itu kepadanya dengan berkah Al-Qur’an.

Dari Buraidah, Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang membaca Al-Qur’an, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahanya seperti cahaya matahari dan kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan) yang tidak pernah didapatkan di dunia. Keduanya bertanya, ‘Mengapa kami dipakaikan jubah ini?’ Dijawab, ‘Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al-Qur’an.” (HR Abu Daud)

Kedua orang tua itu mendapatkan kemuliaan karena mengarahkan anaknya untuk menghafal dan mempelajari Al-Qur’an sejak kecil. Mendidik anak agar mencintai Al-Qur’an berarti upaya mengantarkan mereka meraih gerbang kesuksesan hidup, baik di dunia maupun di akhirat

Senin, 11 Juli 2016

Tips Mudah Hafal Al Qur'an

Tips Mudah Hafal Al Qur’an

Syekh Ali Jaber telah mempelajari Al Qur’an sejak usia 3 tahun. Tamat menghafal Al Qur’an usia 8 tahun, dan memantabkan hafalannya (hingga 30 juz) saat usia 11 tahun. Sejak itu ia mendapat ijazah Sanad Qur’an dari guru yang mengajarnya.

Secara khusus, Yayasan Syekh Ali Jaber, telah menghadirkan Program Mahir dengan Al Qur’an dengan mengadakan pelatihan Sanad Al Qur’an kepada guru Al Qur’an dan imam-imam masjid, agar tajwid yang mereka baca seperti bacaan Al Qur’an Rasulullah Saw.

“Selain mengembangkan program hafal Al Qur’an dengan daurah sanad, saya juga bercita-cita untuk mengembangkan program menghafal hadits. Karena Qur’an dan hadits adalah petunjukan umat Islam yang harus dijaga. Sayang sekali, jika kita memiliki kualitas orang penghafal Al Qur’an dengan ijazah dan sanad, tapi tidak disertai penghafal hadits,” ujar Syekh Ali.

Ada beberapa tips jitu Syekh Ali kepada masyarakat awam untuk menghafal Al Qur’an. Pertama, sering-sering membaca, tilawah Al Qur’an. Gunakan waktu yang tepat, seperti sehabis shalat Subuh, untuk muraja’ah atau tilawah. Jangan fokuskan dulu menghafal, tapi bacalah secara rutin. Kalau ini terjaga Insya Allah memudahkan kita untuk menghafal. Jangan berjam –jam membaca hanya untuk hari ini, tapi esoknya tak rutin lagi tilawah.

Tips kedua, sering-seringlah mendengar atau menyimak tilawah murotal dari CD. Jika ingin hafal satu surah, fokuskan mendengar satu surah berkali-kali. Kuncinya jangan perbah bosan. Karena tidak ada ruginya, sekalipun tidak berhasil menghafal Al Qur’an, tetap setiap satu huruf akan mendapat sepuluh kebaikan. Pahalanya tetap sempura disisi Allah.

“Intinya, hafalkan sesuai kemampuan masing-masing. Jika hanya mampu hafal satu ayat tak mengapa, atau setengah halaman, satu halaman, atau bahkan dua halaman, silahkan saja. Saya usulkan, targetkan setengah halaman, begitu berhasil dihafal, jangan tambah lagi ke hafalan yang baru. Sebelum pindah ke hafalan baru, hendaknya ditunda hingga esok harinya.

Tips ketiga, ayat-ayat yang sudah dihafal, kemudian diulang saat melakukan shalat sunnah qabliyah ba’diyah, atau tahiyatul masjid, Dhuha, dan shalat sunnah lainnya. Ini satu cara untuk menguatkan hapalan kita.

Terpenting, tanamkan niat yang ikhlas, agar tidak timbul ujub (bangga diri), ingin dikenal dan supaya dipanggil hafizh. Jadikanlah Al Qur’an sebagai pedoman dan panduan hidup, agar terwujud perilaku dan akhlak Qura’ni dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

Selasa, 03 Februari 2015

Kisah Kesal di Siang Hari




Selasa (3/2/2015) adalah hari yang akan saya ingat selalu. Ceritanya begini.
Sesampai di kantor, pemimpin redaksi (pimred) meminta saya untuk menelepon seorang syaikh dari Arab Saudi, sebut saja namanya AS (biar keren hehe). Tujuannya, menanyakan alamat sang syaikh untuk selanjutnya membawa beberapa buku terjemahan bahasa indonesia yang buku aslinya ditulis oleh syekh AS.
Saya menelepon AS menggunakan telepon kantor, dan dia angkat. Terjadilah dialog antara saya dengan AS dengan bahasa arab.
“Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikumussalam”
“Benar ini Syaikh AS”
“Benar”
“Saya dari penerbit, ingin menemui antum di hotel”
“Ok”
“Antum menginap di hotel apa? Kamar brp?”
P*ri Casa****ca, kamar *****”
“Alamatnya?”
Jalan P*ri Casa****ca”
“Sebentar lagi saya akan menuju ke sana dengan teman”
“Ok, saya tunggu. Antum bawa naskahnya?”
“Ya, syaikh.”
“Berapa banyak?”
“5 eksemplar”
“Ok.”
Sesaat kemudian saya menelepon taksi untuk mengantar saya dan pimred ke lokasi. Operator taksi tersebut mengatakan, 15 menit akan sampai di kantor. Saya pun senang mendengarnya; karena bisa segera ke hotel dan kembali lagi ke kantor dengan waktu yang cepat.
15 menit berselang, taksi yang dipesan tak muncul juga. Ternyata, satu jam setelah itu taksi baru datang.
Saya melihat dari lantai dua, ada taksi yang mundur ke arah kantor. Saya dan pimred pun langsung keluar ruangan menuju taksi itu. Beberapa meter sebelum mendekat ke kantor saya menyetop taksi itu. Saya buka pintu depan.
“Di sini pak,” kata saya
Sang sopir merasa heran, malah balik bertanya.
“Di sini apa?”
“Saya yang pesan taksi.”
“Atas nama Roni?”
“Ya.”
“Stres saya Mas.”
Tanpa menghiraukan kata-kata sopir itu, saya dan pimred masuk taksi dan memberitahukan tujuan kami.
Pak sopir mengatakan, dia stres karena alamatnya kurang lengkap. Saya katakan, alamatnya sudah sangat lengkap disertai dengan patokannya.
Rupanya sang sopir masih kesal dengan operator yang memberikan alamat saya kepada dia. Saya coba membicarakan hal lain, tapi jawabannya seperti tidak tulus dan masih menyimpan rasa marah.
Sudahlah, saya pikir lebih baik duduk saja menikmati jalan Jakarta. Lebih dari setengah jam di dalam taksi, saya sesekali berbicara dengan pimred; karena dia juga sibuk membalas sms di telepon selulernya.
Sampai di hotel, pimred membayar tarif taksi. Saya pun turun bersamanya ke lobi hotel. Terlihat di depan hotel seorang petugas kebersihan tengah mengelap kaca. Saya beranikan bertanya kepadanya alamat syaikh AS.
“Gedung yang mana mas?,” tanya dia.
“Nomornya sama yang di setiap gedung?,” saya balik bertanya.
“Ya, gedung di sini ada empat. A,B,C,D. Orang yang mau Mas temui di gedung apa?”
“O gitu, saya telepon lagi orangnya.”
Saya yang lupa bertanya atau syaikh AS yang kurang lengkap menyebutkan alamatnya. Ah. Saya telepon lagi syaikh itu.
“Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikumussalam.”
“Syaikh, kami sudah sampai di hotel, antum menginap di gedung apa? Di sini ada 4 gedung, A, B, C dan D.”
“Gedung pertama dari jalan raya, gedung D.”
“Ok. Kami akan segera ke sana dan menemui antum di hotel.”
“Maaf, sekarang saya sedang di Bogor. Antum titipkan saja buku tersebut ke resepsionis. Bilang untuk syaikh AS.”
“Antum di Bogor?”
“Ya.”
“Masih dalam perjalanan atau sudah sampai di Bogor?”
“Okelah kalau begitu, Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikumussalam.”
Fuih. Saya tutup telepon. Kesal. Tadi sebelum berangkat katanya masih di hotel dan mau menunggu kami. Eh, ternyata sekarang sudah di Bogor. Parah.
“Pak, syaikhnya di gedung D,” kata saya ke pimred.
“O gitu,” ujarnya.
“Tapi pak, syaikhnya sudah di Bogor.”
“Di Bogor?”
“Iya.”
“Kataya tadi masih di hotel. Gimana sih. Emang dasar…..”
Pimred tampak juga kesal.
Saya kembali ke petugas kebersihan dan menanyakan gedung D yang dimaksud. Dia katakan, gedung D berada di ujung. Sementara kami ini berada di gedung A. Sambil mengomeli perilaku syaikh AS, pimred berjalan bersama saya menuju gedung D.
Di sana kami menemui dua resepsionis. Satu laki-laki dan satu perempuan. Kami menitipkan buku yang dimaksud kepada resepsionis yang laki-laki.
Setelah urusan selesai, kami pulang dengan taksi menuju kantor dengan hati yang masih kesal kepada syaikh AS.

Minggu, 01 Februari 2015

Mengapa aku bercadar

multiseluler.blogspot.com— Hidayah sesuatu yang indah. Allah SWT memberikannya kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Sebagai umatNya kita senantiasa berikhtiar untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah,  agar Hidayah itu menghampiri.

Banyak cara Allah memberikan hidayah kepada umatnya,  ada yang di uji dulu baru diberi hidayah, misalnya dengan ujian sakit,  masuk penjara,  dan lain sebagainya.

Salah satu hidayah yang aku rasakan adalah menutup aurat dengan sempurna. Sudah sejak tahun 2001 berpakaian syar'i namun masih belum maksimal dalam bersikap,  berbuat n beribadah. Banyak sekali kesalahan,  kekhilafan yang dilakukan namun berkat kasih sayang Allah masih diberi kesempatan untuk senantiasa memperbaiki diri. Andai saja Allah tidak menutup aibku ini,  barangkali aku sangat malu berjalan di muka bumi ini. Allah sangat menyayangi kita walau seringkali bermaksiat kepadaNya. Sungguh engkat Zat yang maha Pengasih,  Penyayang,  Pengampun terimalah selalu taubatku ini ya Rabb.

Allah telah memberikan kesempatan diri ini untuk berhijrah. Alhamdulillah sempurna menutup aurat,  mengenakan niqob (cadar) dengan harapan hati ini juga senantiasa semakin patuh,  ta'at kepadaNya. Sungguh hanya Engkau Sang Maha pembolak-balik hati manusia,  teguhkan hati ini untuk senantiasa di jalanMu ya Rabb.

Mengapa aku mengenakan cadar? itu salah satu cara aku mencintai Allah SWT. Mungkin aku belum lebih baik dari yang lainnya,  tapi aku selalu berusaha untuk menjadi lebih baik lebih baik dan lebih baik lagi. Pakaian memang tidak jaminan keimanan seseorang,  tapi setidaknya dengan berhijab sempurna merupakan salah bukti cinta hakiki kepada Sang Khaliq. Selalu bimbing hamba ya Allah. Rendahkanlah hati kami,  berilah selalu kami kesempatan untuk menjadi pribadi yang shaleh. Kasih sayang Engkau tiada terkira,  kami memohon masukkan kami ke JannahMu. Amiin.

Lenny Ramadhan Ningsih,  S.Si